Doa Ketika Menjenguk Orang Sakit
Sungguh
Islam datang menganjurkan untuk memperhatikan hak-hak orang sakit,
menziarahinya, mendoakan kesembuhan dan kesehatan untuknya. Islam juga
menjelaskan beberapa doa yang baik untuk diucapkan saat menjenguk orang sakit.
Semua bentuk perhatian dan doa ini dikarenakan keberadaan orang-orang beriman
adalah ibarat tubuh yang satu. Apa saja yang membahagiakan seorang mukmin akan
membahagiakan kaum mukminin seluruhnya. Dan apa saja yang menyakiti seorang
mukmin akan menyakiti kaum mukminin seluruhnya. Dalam Shahih Bukhari dan
Muslim, dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ
وَتَرَاحُمِهِمْ وَ تَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ
عُدْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى،
“Perumpamaan
orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling
menyayangi adalah ibarat tubuh yang satu. Apabila salah satu anggota tubuh
merasakan sakit maka seluruh anggota badan ikut merasakan panas dan demam.”
(H.R Bukhari dan Muslim)
Dalam
riwayat Muslim, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُسْلِمُوْنَ كَرَجُلٍ وَاحِدٍ، إِنِ اشْتَكَى
عَيْنُهُ اشْتَكَى كُلُّهُ، وَ إِنِ اشْتَكَى رَأْسُهُ اشْتَكَى كُلُّهُ،
“Orang-orang
Islam ibarat satu orang laki-laki. Apabila sebelah matanya merasakan sakit maka
seluruh tubuhnya ikut merasakan sakit. Apabila kepalanya merasakan sakit maka
seluruh tubuhnya ikut merasakan sakit.” (H.R. Muslim)
Karena itu
dianjurkan menjenguk orang sakit untuk membantu meringankan bebannya. Hal ini
merupakan hak mereka. Di dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
حَقُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ سِتٌّ، إِذَا
لَقَيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، إِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَ إِذَا اسْتَنْصَحَكَ
فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطِسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ، وَ إِذَا مَرِضَ
فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ،
“Hak
seorang muslim atas muslim lainnya ada enam. Apabila engkau bertemu dengannya
maka ucapkanlah salam kepadanya. Apabila dia mengundangmu maka penuhilah
undangannya. Apabila dia meminta nasehat darimu maka berilah nasehat kepadanya.
Apabila dia bersin lalu memuji Allah maka bertsymitlah (ucapkan Yarhamukallah),
apabila dia sakit maka jenguklah dia, dan apabila dia meninggal dunia maka
ikutlah mengantarkan jenazahnya.” (H.R. Muslim)
Telah datang
dalam banyak nash tentang keutamaan menjenguk orang sakit dan besarnya pahala
di sisi Allah. Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya, dari Tsauban maula
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dia berkata, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
عَائِدُ الْمَرِيْضِ فِيْ مَخْرَفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى
يَرْجِعَ،
“Orang
yang menjenguk orang sakit berada dalam taman buah di surga sampai dia pulang.”
Dalam
riwayat lain,
مَنْ عَادَ مَرِيْضًا لَمْ يَزَلْ فِيْ خُرْفَةِ
الْجَنَّةِ، قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَمَا خُرْفَةُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ
جَنَاهَا،
“Barangsiapa
menjenguk orang sakit, maka dia terus menerus berada dalam Khurfatul Jannah, di
tanyakan, “Wahai Rasulullah, Apa itu Khurfatul Jannah?” Beliau bersabda, “Buah
surga yang siap dipetik.”
Maksudnya,
dia berada dalam taman di surga, dia memetik buah apa saja yang dia kehendaki
dan mengambil buah apa saja yang dia inginkan.
At-Tirmidzi
meriwatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَادَ مَرِيْضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللهِ
نَادَ لَهُ مُنَادٍ : أَنْ طِبْتَ وطَابَ مَمْشَاكَ, وَتَبَوَّأْتَ مِنَ
الْجَنَّةِ مَنْزِلًا،
“Barangsiapa
menjenguk orang sakit atau manziarahi saudaranya fillah, maka seorang penyeru
(malaikat) memanggilnya, “Semoga engkau baik serta baik pula langkahmu (menuju
surga), dan semoga engkau telah siap menempati tempatmu di surga.” (H.R
Tirmidzi, hasan)
Hadits-hadits
dalam bab ini cukup banyak.
Disunnahkan
bagi seorang muslim yang menjenguk untuk menenangkan orang yang sakit, membantu
meringankan penderitaannya, dan mengingatkannya tentang pahala dari Allah bahwa
sakit itu akan menghapus dan membersihkan dosa.
Di dalam
Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya
Rasulullah masuk menjenguk seorang arab badui. Ibnu Abbas berkata,
أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
دَخَلَ عَلَى أَعْرَبِيٍّ يَعُوْدُهُ فَقَالَ: لَا بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ
اللهُ قَالَ: قُلْتُ: طَهُورٌ! كَلَّا، بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُوْرُ –أَوْ تَثُوْرُ-
عَلَى شَيْخٍ كَبِيْرٍ تزيره القبور. فَقَالَ النَّبِيُّ صّلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
“فَنَعَمْ إِذًا “
“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menjenguk seorang a’raby (arab
badui), beliau bersabda, “Tidak mengapa, (sakitmu ini sebagai) pembersih dosa
insya Allah.” Aku (Ibnu Abbas) berkata, “Pembersih dosa?! Sekali-sekali tidak,
bahkan ini adalah demam yang mendidih -atau bergejolak- pada seorang yang sudah
tua renta, yang akan mengantarkannya kepada kubur.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Kalau demikian, benar (ia adalah pengahapus dosa).”
(H.R Bukhari)
Sabda beliau
(طهور إن شاء الله) “Pembersih dosa insya Allah” adalah khabar
mubtada’ (kalimat yang menerangkan-ed) yang dibuang, maksudnya (هو طهور
لك من ذنوبك أي مطهر لك منها) “Sakit itu adalah pembersih bagimu dari
dosa-dosamu, yakni yang membersihkan untukmu dari dosa-dosa tersebut. ”
Di dalam
kitab Sunan Imam Abu Dawud dari Ummu Alaa’ Radhiyallahu ‘anha beliau
berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku ketika
aku sedang sakit, beliau bersabda,
أَبْشِرِي يَا أُمَّ الْعَلَاءِ، فَإِنَّ مَرْضَ
الْمُسْلِمِ يُذْهِبُ اللهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْهِبُ النَّارُ خَبَثَ
الذَّهَبِ وَ الْفِضَّةِ،
“Berbahagialah
wahai Ummu Alaa’, sesungguhnya sakit yang diderita seorang muslim, dengan itu
Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya sebagaimana api menghilangkan
kotoran emas dan perak.” (H.R. Abu Dawud, shahih)
Di dalam
Shahih Muslim dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa
Rasulullah masuk menjenguk Ummu Saib atau Ummul Musayyib Radhiyallahu ‘anha,
beliau bersabda,
مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ أُمَّ الْمُسَيِّبِ
تُزَفْزِفِيْنَ (أَيْ تَرْعَدِيْنَ)، قَالَتْ: الْحُمَّى لَا بَرَكَ اللهُ
فِيْهَا، فَقَالَ: لَا تَسُبِّي الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيِ
آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ،
“Apa yang
terjadi denganmu wahai Ummu Saib atau Ummul Musayyib sehingga engkau gemetar?”
Beliau menjawab, ”Demam, semoga Allah tidak memberkahinya.” Rasulullah
bersabda, “Janganlah engkau mencela demam, sesungguhnya demam itu melenyapkan
kesalahan-kesalahan anak Adam sebagaimana bara api menghilangkan karat besi.”
(H.R. Muslim)
Imam Bukhari
meriwayatkan dalam kitab Adabul Mufrad, dari Sa’id bin Wahb beliau berkata,
“Aku bersama Salman (al-Farisi) menjenguk seseorang yang sedang sakit di
Kindah. Ketika beliau masuk ke tempat orang tersebut beliau berkata,
“Berbahagialah, sesungguhnya sakit yang diderita seorang mukmin Allah jadikan
sebagai penebus dosa dan teguran baginya. Dan sesungguhnya sakit yang dialami
orang kafir seperti onta yang diikat oleh pemiliknya kemudian dilepaskan
kembali. Onta itu tidak tahu kenapa dia diikat dan kenapa dia
dilepaskan.” (H.R Muslim)
Salman
al-Farisi memberi kabar gembira kepada orang tersebut dan mengingatkannya bahwa
musibah yang menimpa seorang mukmin pada tubuhnya, semua itu adalah penebus
dosa-dosanya, sebagaimana dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
beliau bersabda,
مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلَا
هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَ لَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ،
“Tidaklah
seorang mukmin mengalami keletihan, kegundahan, kesedihan, gangguan, kegalauan,
hingga duri yang mengenainya melainkan Allah akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dengan hal tersebut.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Maksud
perkataan beliau ‘Sebagai teguran baginya’; Sesungguhnya ketika seseorang dalam
kondisi sakit maka dia akan mudah teringat akan dosa-dosanya, mengetahui
kesalahan-kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu sakit yang dialaminya
menjadi teguran bagi dirinya atas kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuatnya,
sekaligus sebagai pendorong untuk bertaubat dari kesalahan-kesalahan tersebut
dan berusaha mencari keridhaan Allah. Inilah yang terjadi pada diri seorang
mukmin. Adapun orang-orang kafir, keadaannya ketika sakit seperti seekor onta
yang diikat oleh pemiliknya dengan sebuah tali kemudian dilepaskan kembali.
Onta itu tidak tahu kenapa ia diikat dan kenapa dilepas lagi. Dia terus menerus
dalam kesombongan dan kekafirannya. Dia tidak mendapatkan ‘ibrah (pelajaran)
dan nasehat dari sakitnya itu.
Seyogyanya
bagi orang yang hendak menjenguk orang sakit agar memilih waktu yang tepat,
karena tujuan menjenguk adalah membahagiakan orang sakit dan mengobati
kesedihan hatinya, bukan malah membawakan kesusahan dan kesempitan. Oleh karena
itu, tidak boleh terlalu lama berbincang-bincang ataupun duduk-duduk bersama
orang yang sedang sakit, terkecuali jika orang yang sakit menyukai hal tersebut
disamping ada manfaat dan maslahatnya.
Di antara
sunnah bagi orang yang menjenguk adalah duduk di dekat kepala orang yang sakit.
Di dalam Kitab Adabul Mufrad karya Imam Bukhari Rahimahullah, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu
‘anhuma beliau berkata,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ r إِذَا عَادَ الْمَرِيْضَ جَلَسَ
عِنْدَ رَأْسِهِ، ثُمَّ قَالَ سَبْعَ مِرَارٍ: أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ
الْعَرْشِ الْعَظِيْمَ أَنْ يَشْفِيَكَ، فَإِنْ كَانَ فِيْ أَجَلِهِ تَأْخِيْرٌ
عُفِيَ مِنْ وَجَعِهِ،
“Adalah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila menjenguk orang sakit beliau
duduk di dekat kepala orang tersebut. Kemudian beliau berucap sebanyak tujuh
kali. “Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, pemilik ‘Arsy yang besar untuk
menyembuhkanmu. Maka apabila dalam ajalnya yang datang kemudian, semoga dia
diselamatkan (dibebaskan) dari rasa sakitnya.”(H.R Bukhari)
Termasuk
sunnah menjenguk orang sakit adalah meletakkan tangan pada tubuh orang sakit
ketika hendak mendoakan kesembuhan baginya. Di dalam Shahih Bukhari dan Muslim,
ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Sa’ad bin Abi Waqqas
Radhiyallahu ‘anhu, beliau meletakkan tangannya pada dahi Sa’ad,
kemudian beliau mengusap wajah dan dan perut Sa’ad. Kemudian beliau bersabda,
اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا،
“Ya
Allah, sembuhkanlah Sa’ad.” (H.R Bukhari)
Meletakkan
tangan pada orang sakit hendaklah dilakukan dengan pelan, tahu bahwa dia sedang
menderita dan kondisinya lemah, dan hendaklah berlemah lembut dengannya.
Kemudian,
hendaklah orang yang menjenguk menasehati orang sakit agar banyak berdoa, tidak
berkata-kata di dekat orang sakit kecuali dengan perkataan yang baik. Dalam
Shahih Muslim dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha beliau berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا حَضَرْتُمُ الْمَرِيْضَ أَوِ الْمَيِّتَ
فَقُوْلُوْا خَيْراً فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُوْنَ عَلَى مَا
تَقُوْلُوْنَ،
“Apabila
kalian mendatangi orang sakit atau orang yang meninggal dunia, hendaklah kalian
mengucapkan kata-kata yang baik (mendoakannya), karena sungguh malaikat akan
mengamini doa yang kalian ucapkan.” (H.R Muslim)
Hendaklah
seseorang memilih doa yang paling lengkap dan bersemangat menggunakan doa-doa
yang datang dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya
doa-doa tersebut adalah doa-doa yang penuh berkah dan mengumpulkan seluruh
kebaikan serta terpelihara dari kesalahan dan kekeliruan, seperti mengucapkan;
اللَّهُمَّ اشْفِ فُلَانًا،
“Ya Allah,
sembuhkanlah si Fulan..”
Atau
mengucapkan,
طَهُوْرٌ إِنْشَاءَ الله،
“Pembersih
dosa, insya Allah.”
Atau
mengucapkan,
أَسْئَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
أَنْ يَشْفِيَكَ،
“Aku memohon
kepada Allah, Pemilik ‘Arsy yang besar untuk menyembuhkannmu.”
Atau
mengucapkan,
أللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ، أَذْهِبِ الْبَأْسَ،
وَشْفِهِ أَنْتَ الشَّافِيْ، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ
سَقَماً،
“Ya Allah
Rabb sekalian manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah dia, Engkaulah Dzat
Yang Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan
yang tidak menyisakan penyakit.”
Telah lewat
pembahasan makna hadits-hadits tersebut di bagian awal kitab ini.
Atau
hendaknya orang yang menjenguk meruqyah orang yang sedang sakit dengan surah
al-Fatihah dan Mu’awwidzaat (Surah al-Falaq, an-Naas, dan al-Ikhlas).
Telah lewat hadits Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu dan hadits
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkenaan dengan hal tersebut.
Atau
meruqyah orang sakit dengan doa berikut,
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ يُؤْذِيْكَ ،
مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ ، أَوْ عَيْنٍ حَاسِدَةٍ،
“Dengan nama
Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu, dari keburukan
setiap hembusan (sihir) atau pandangan mata yang dengki (‘ain).”
Doa ini
merupakan doa Jibril ketika meruqyah Nabi Shallallau ‘alaihi wa sallam
di saat beliau sedang sakit.
Atau dengan
membaca doa yang tertera dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu
‘anha, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendokan seseorang yang
sedang sakit:
بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا،
يُشْفَى بِهِ سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا،
“Bismillah,
tanah bumi kami, dengan air ludah sebagian (orang beriman) dari kami, semoga
disembuhkan orang-orang sakit di antara kami, dengan sizin Rabb kami.” (H.R
Bukhari dan Muslim)
Sudah
seharusnya bagi orang yang sehat untuk mengambil nasehat dan pelajaran ketika
melihat orang sakit, lalu memuji Allah atas nikmat kesehatan sembari terus
memohon kesehatan dan keselamatan kepada Allah, serta tidak lupa mendokan
kesembuhan dan kesehatan bagi saudara-saudaranya yang sedang sakit.
Kita memohon
kepada Allah agar menyembuhkan orang-orang yang sedang sakit di antara kita dan
kaum muslimin semuanya. Semoga Allah memberikan kesehatan dan keselamatan bagi
kita semua, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.
Diambil dari
kitabAt-Tabyiin li Da’awatil Mardha wal MushabiinkaryaSyaikh Abdurrazzaq
bin Abdul Muhsin al-Badrhafidzahullah
Penerjemah :
dr. Supriadi
Artikel www.kesehatanmuslim.com
Komentar
Posting Komentar