Masjid Ikhwanul Mukminin
Bermula dari sebuah surau kecil yang telah mengalami dua kali
perpindahan lokasi, Masjid Ikhwanul Mukminin berdiri. Suasana
keberagaman masyarakat Sungai Raya Dalam yang cinta pada agamanya.
Dengan niat itu pulalah masyarakat berupaya mendirikan sebuah masjid.
Setelah lokasi tanah terpilih oleh para pemuda dan masyarakat,
akhirnya tahun 1929 tokoh masyarakat Sungai Raya dalam berangkat ke
Tanjung Saleh yang letaknya di seberang Sungai Kakap. Keberangkatan para
tokoh masyarakat tersebut dikarenakan salah seorang pemuka masyarakat
di daerah tersebut menjual rumahnya yang terbuat dari kayu belian dan
kayu jenis tekam. Kemudian setelah disepakati harga, kayu dari rumah
tersebut pun dibeli dan dibawa ke Sungai Raya Dalam. Dengan kayu-kayu
dari rumah tersebut, para tokoh masyarakat Sungai Raya Dalam tempo dulu
mendirikan masjid yang diberi nama masjid “Ikhwanul Mukminin”.
Pemberian nama “Ikhwanul Mukminin” tersebut memiliki kandungan yang
sangat dalam. Tingginya semangat kebersamaa dan rasa gotong royong yang
tanpa pamrih menjadikan masyarakat Sungai Raya Dalam terpaut dalam
persatuan yang kokoh dan persaudaraan yang sejati. Hal tersebut
tergambarkan dalam pembangunan masjid tersebut. Tidak hanya kaum lelaki
yang bekerja, namun kaum ibu-ibu yang turut ambil bagian terutama dalam
mempersiapkan makanan dan minuman bagi kaum pria yang bekerja.
Jarak tempuh dari Sungai Raya Dalam ke Tanjung Saleh yang
memerlukan waktu dua hari dua malam dengan menggunakan tongkang
pengangkut kelapa kering, tidak terlalu terasa berat atas adanya kaum
ibu-ibu yang menyiapkan makanan dan minuman.
Makna yang terkandung sangat dalam itulah menjadi dasar pemikiran
pemberian nama masjid itu dengan nama “Ikhwanul Mukminin” dengan maksud
agar keberadaan masjid tersebut senantiasa memberikan nuansa persatuan
dalam persaudaraan sekaligus nuansa persaudaraan dalam keadilan terutama
bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sumber
persaudaraan itu harus bermula dari dorongan pribadi, kemauan yang
betul-betul merdeka dan jiwa yang hanya mengenal Allah saja. Karena itu,
Islam meletakkan keadilan berdampingan dengan ukhuwah (persaudaraan),
dan persaudaraan itu sendiri tidak akan berdiri kokoh kecuali didasarkan
atas keadilan.
Pendirian masjid berukuran 12×12 M2 pada tahun
1929-1930 termasuk besar ketika itu. Masjid ini juga termasuk salah satu
masjid tertua di Pontianak, dengan masjid sebelumnya Masjid Syakirin,
Masjid Taqwa Mariana dan Masjid Al Karim Kampung Saigon.
Pendirian masjid ketika itu juga dikarenakan umat Islam yang berada
di Sungai Raya Dalam melaksanakan salat Jumat di Masjid Djami’ Sultan
Abdurrachman yang dibangun oleh pendiri Kota Pontianak, Sultan Syarif
Abdurrachman Al-Kadri pada tanggal 23 Oktober 1771.
Diceritakan, umat muslim Sungai Raya Dalam ketika itu untuk
melaksanakan salat Jumat di Masjid Djami’ dilakukan sejak pagi hari
pukul 07.00. Mereka berangkat menggunakan sampan untuk melaksanakan
salat Jumat dengan membawa hasil kebun mereka. Setelah salat Jumat,
mereka singgah ke pasar untuk menjual hasil kebun mereka, mereka juga
berbelanja untuk keperluan mereka di rumah selama satu minggu. Kehadiran
masjid di kawasan Sungai Raya Dalam sekaligus memperoleh izin dari
Sultan Muhammad ketika itu, disambut dengan suka cita dan rasa bangga
oleh umat muslim di sekitarnya.
Sejak pertama kali dibangun pada tahun 1929 hingga 1999, Masjid
Ikhwanul Mukminin sudah mengalami empat kali rehab. Rehab yang pertama
dilakukan pada tahun 1956, rehab ke dua pada tahun 1975, dan rehab yang
ketiga dilakukan pada tahun 1987. Rehab yang ke empat dilakukan
rehabilitasi total yaitu pada tanggal 1 Muharram 1420 H yang bertepatan
dengan tanggal 16 April 1999 dimana peletakan batu pertama dilakukan
salah seorang pendiri masjid, H Ali Lakana.
Dan kini, Masjid Ikhwanul Mukminin juga sedang melakukan
pembangunan di samping masjid tersebut. Rencananya sebuah tower dengan
tinggi sekitar 16 meter akan dibangun agar masyarakat bisa lebih
mengetahui ketika sudah masuk waktu salat.
Masjid Ikhwanul Mukminin yang berada di Sungai Raya Dalam tersebut
memiliki banyak kegiatan ketika bulan suci Ramadan. Hampir setiap malam
diadakan kajian rutin mulai dari salat Magrib hingga salat Isya. Setiap
hari, masjid tersebut menggelar buka puasa bersama dengan masyarakat
sekitar mau pun masyarakat pendatang, bahkan setiap Subuh diadakan
kuliah Subuh.
Masjid Ikhwanul Mukminin juga memiliki remaja masjid, berbagai
kegiatan dilakukan remaja masjid tersebut. Pada bulan Ramadan, remaja
masjid diperbantukan menjual juadah di depan masjid untuk memudahkan
masyarakat sekitar mencari panganan berbuka. Setiap harinya selama bulan
Ramadan, masjid digunakan oleh pihak sekolah mau pun masyarakat untuk
diadakan pengajian, pesantren kilat dan lainnya. (http://www.wisatamasjid.com/)
Komentar
Posting Komentar