Marbot... Oh, Marbot...
Abah (kakek) saya Marbot Masjid, berhenti karena sakit udzur hingga beliau wafat. Bapak (ayah) saya juga Marbot Masjid, dan berhenti karena serangan stroke hingga beliau wafat. Maka ketika saya dan kakak saya jadi Marbot Masjid, meski bukan Marbot resmi dan cuma 5 tahunan, itu hanya semacam melanjutkan tradisi saja. Sesuatu yang sudah seharusnya terjadi.
***
Menjadi Marbot Masjid di zaman sekarang, terlebih di kota besar, bukanlah sebuah pilihan yang bergengsi. Apalagi kalau masjidnya dikelola oleh masyarakat, yang otomatis pemasukannya sangat bergantung pada kotak infaq mingguan. Dan bagaimana kalau masjidnya bukan masjid jami’ (masjid yang biasa dipakai sholat Jum’at)? Maka Marbot seringkali antara ada dan tiada.
Marbot tidak bergengsi karena di antara pekerjaannya adalah bersih-bersih: menyapu, mengepel, buang sampah, merapikan ini dan itu, sampai menjadi pesuruh untuk pengurus masjid yang secara struktural lebih tinggi daripadanya. Maka umumnya Marbot itu adalah pilihan terakhir dan seringkali diserahkan pada seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah. Setahu saya, di negeri kita tidak ada masjid yang mensyaratkan ijazah S1 untuk bekerja menjadi marbot (atau ada tapi saya yang tidak tahu :-P ).
Intinya, Marbot itu adalah pekerjaan kelas bawah.
Arti Kata Marbot
Kata Marbot berasal dari bahasa Arab: Marbuuth [ مربوط ] yang merupakan turunan kata [ رَبَطَ ـ يَرْبُطُ ـ رَبْطًا ] yang artinya mengikat. Kita tentu mengenal istilah Do’a Robithoh yang bermakna “Do’a Pengikat Hati”. Kemudian ada juga nasyid Ribathul Ukhuwwah yang bermakna “Ikatan Persaudaraan”.
Atau, dalam pelajaran Tajwid dan Bahasa ‘Arab, kita mengenal huruf Ta’ Marbuthoh [ ة ] untuk ta’ yang berbentuk lingkaran karena kedua ujungnya terikat seperti tali gantungan, sebagai lawan dari Ta’ Mabsuthoh untuk Ta’ yang terhampar [ ت ].
Jadi, Marbot kita ini artinya adalah terikat, dalam arti ia terikat pada kegiatan ibadah dan khidmah di Masjid. Kenapa harus terikat? Karena ia harus bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan shalat berjama’ah lima waktu yang jarak waktu antara kelimanya sangat berdekatan. Maka Marbot umumnya tinggal di Masjid, atau setidaknya memiliki rumah di dekat masjid tempat ia berkhidmah.
Coba bayangkan kalau seandainya sebuah Masjid di Jakarta Utara memiliki marbot yang tinggal di Depok. Akan seperti apa kondisinya?
Inilah salah satu yang menuntut Marbot untuk selalu terikat dengan masjidnya. Bukan hanya ikatan hati, tapi juga ikatan fisik.
Marbot: Pekerjaan Para Nabi
Sugguh unik bahwa marbot ini adalah pekerjaan di bidang agama yang usianya sudah sangat tua; ribuan tahun sebelum masehi. Tahukah Anda siapa Marbot pertama di muka bumi? Untuk jelasnya, perhatikan ayat 125 surat Al-Baqoroh berikut ini:
وَإِذْ
جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ
مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ
وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Yang artinya, “Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
Ketahuilah bahwa Nabi Ibrohim, Sang Kekasih Allah, yang menjadi Bapaknya para Nabi dan Rasul, yang menjadi Nabi Ulul ‘Azmi, yang namanya selalu disebut oleh milyaran umat Islam di seluruh dunia sampai hari kiamat dalam shalat mereka, adalah marbot pertama di muka bumi ini. Demikian pula dengan putranya. Dan sungguh kemuliaan beliau itu salah satunya adalah karena khidmah beliau kepada Masjid Al-Haram. Karena beliau adalah seorang Marbot.
Demikian pula keluarga terbaik di muka bumi ini: keluarga ‘Imron. Ada ‘Imron dan istrinya, Maryam-putrinya, ‘Isa-cucunya, Zakaria-saudaranya, istri Zakaria-iparnya, dan Yahya-keponakannya. Kenapa mereka jadi keluarga terbaik? Karena khidmah mereka pada Masjid Al-Aqsho. Karena mereka adalah keluarga Marbot.
Jadi…
Kalau ada yang berpikir Marbot itu adalah pekerjaan yang nggak WOW, maka bersihkan lagi hati kita…
Kalau kita belum mampu menjadi seorang Pelayan Rumah Allah, setidaknya banggalah kepada mereka yang menjadi Pelayan Rumah Allah...
Lantunkan do’a buat mereka, dan Takjub-lah…
Jika kita takjub dengan seorang yang bisa hafal Al-Qur’an, maka takjub pulalah dengan seseorang yang menghibahkan dirinya untuk melayani rumah Allah…
Semoga Allah memberkahi kita semua…
Buat #myQuranPeduli100Marbot
Abu Qawwam
Komentar
Posting Komentar