Masjid Sultan Tidore Jadi Pusat Syiar Islam di Kawasan Timur
Di
kawasan Timur Indonesia, pengembangan Islam tak bisa dipisahkan dari nama Sunan
Giri dan murid- muridnya, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore, di Maluku
Utara. Nah, bukti Tidore sebagai salah satu pusat penyebaran Islam itu salah
satunya hingga sampai sekarang berdiri kokoh Masjid Sultan Tidore. Tepatnya di
Soasiu, ibukota Pulau Tidore.
Masjid
tua itu, umurnya lebih dari 300 tahun, terbuat dari kayu yang sangat besar dan
amat keras, dan selama itu tak pernah diganti. Ini salah satu bentuk bangunan
Masjid yang menggambarkan kejayaan Kesultanan Tidore dimasa lampau dan keempat
kesultanan Islam yang ada di Maluku Utara.
Bahkan
dalam catatan, penyebaran Islam di Kokas, Fakfak, Papua, tak lepas dari
pengaruh Kekuasaan Sultan Tidore. Pada abad ke-15, Kesultanan Tidore mulai
mengenal Islam. Sultan Ciliaci adalah sultan pertama yang memeluk agama Islam.
Sejak itulah sedikit demi sedikit agama Islam mulai berkembang di daerah
kekuasaan Kesultanan Tidore, hingga menjangkau Kokas.
Di
Tidore, Masjid ini dikenal juga dengan sebutan "Masjid Kolano"
--dalam bahasa Tidore, "kolano" adalah nama jabatan "sultan"
sebelum diganti dengan bahasa Arab. Bangunan kokoh ini disangga oleh empat
tiang, dan sengnya pun konon masih buatan Belanda.
Tak
kalah menarik di Masjid Sultan Tidore ini, terdapat tempat khusus Sultan Tidore
salat, terletak sebelah tempat khatib menyampaikan khutbah, bergorden kuning.
Bila Sultan sedang tak ada, tempat itu pun dikosongkan. Kisah ini, seperti juga
yang berlaku di Masjid Agung Yogyakarta. Saat ini, jabatan Sultan Tidore
dipegang oleh Jaffar Syah yang merupakan sultan ke-38.
Di bagian
atap banyak bersarang "burung hujan", burung-burung kecil yang
suaranya mencicit menyibak keheningan yang selalu menyelimuti masjid ini. ( https://m.tempo.co/read/news/2015/06/30/155679820/masjid-sultan-tidore-jadi-pusat-syiar-islam-di-kawasan-timur)
Komentar
Posting Komentar