Takmir Masjid dan Kupu-Kupu Buku yang Mengubah Hidupku
Kawan, jangan pernah meremehkan setiap kebaikan yang engkau lakukan. Sekecil apapun kebaikan itu. Karena melakukan kebaikan bagaikan menanam bunga. Dimulai dari bibit kecil, lalu tumbuh menjadi tunas yang mungil. Kebaikan membutuhkan pupuk keikhlasan untuk menghasilkan kuncup. Ia juga harus diberi air kesabaran agar akar-akarnya bisa tumbuh semakin kuat, batangnya semakin kokoh, dan kelopaknya mulai lahir.Kupu-kupu Cupu
Bibit kebaikan akan bermekaran menjadi bunga kebaikan.
Mengundang makhluk-makhluk baik untuk mendekat. Kupu-kupu akan datang. Hinggap
dikelopak tanpa merusak. Bercanda dengan putik dan benang sari. Bertanya
basa-basi, “Bagaimana kabarmu hari ini?”.
Si Kupu lalu memasukkan antena dikepala guna menghisap
nektar sambil tersenyum lalu berkata, “Baik-baik ya kecil” dan tak lupa memberi
kecup untuk si kuncup.
Kupu-kupu
yang baik. Membawa sari bunga yang baik. Sekaligus membantu penyerbukan sang
bunga yang baik tadi. Bunga yang ikhlas dan tidak pernah berpikir, “Apa yang
akan kau berikan padaku kupu-kupu?”.
Itulah yang alam ajarkan. Itulah yang Tuhan tuliskan.
Kebaikan dengan keikhlasan akan menghasilkan kebaikan dengan keindahan. Dalam
tujuh kali lipatan.
Dan kau takkan pernah tahu efek lanjutan dari kebaikan
yang telah kau lakukan, Kawan. Seperti yang saya alami 11 tahun yang lalu.
Takmir Masjid
Sebelas tahun yang lalu (tahun 2000), saya masih siswa
SLTP di Sidoarjo. Ketika itu siang hari. Saya baru saja pulang sekolah dan
sedang membeli mie ayam di alun-alun Sidoarjo. Lalu saya sholat di Masjid Agung
Sidoarjo. Setelah selesai dan sedang memakai sepatu, tiba-tiba datang takmir
masjid menghampiriku. Lalu menyerahkan sebuah buku.
“Dibaca ya Dik”.
Saya masih bingung. Ragu-ragu. Mengapa ia datang
kepadaku lalu “memilihku”? Dan buku apa pula itu? Saya menerimanya.
Membolak-baliknya.
“Bawa aja, balikinnya gampang nanti”
What? Without any collateral? Tanpa jaminan apa-apa?
Tanpa kartu anggota dan semacamnya? Apa yang terjadi jika saya mati dan tidak
kembali? Oh maaf saya terlalu melankolis. Apa yang terjadi jika saya membawa
kabur buku ini dan tak kembali lagi?
“Nanti kalau mau baca-baca, main aja ke lantai dua
ya”. Kata pak Takmir yang sudah saya lupa wajahnya, tapi masih saya ingat terus
kebaikannya.
Buku apa yang takmir tadi berikan? Buku kecil. Tipis.
Covernya hijau dengan tulisan kuning. Kertasnya juga berwarna agak kuning.
Biografi John D. Rockefeller!!! Siapa pula itu Rockefeller? Kalau The Rock di
WWF (gulat itu loh…) saya tahu. Dan mengapa dia tidak memberikan buku-buku
agama kepadaku? Seperti:
“Kumpulan Hadist Riwayat Fulan bin fulan…”
“Keajaiban Sholat Malam…”
“Keajaiban Tidak Sholat…” (Minta digerebek FPI ya Mas? :P)
Never mind. Buku yang sudah ditangan akhirnya kubawa
pulang. Kubaca-baca sambil tiduran. Dan saya seperti menemukan pencerahan…
Rockefeller
Kawan, sekali lagi, kau takkan pernah tahu dampak dari
kebaikan yang pernah engkau lakukan. Biografi Rockefeller tadi telah membuka
mataku. Menerangi selimut tabir tentang takdirku. Membangkitkan kesadaran
tentang panggilan jiwaku. Akhirnya, aku tahu apa yang akan kulakukan dengan
hidupku!!!.
Buku itu menceritakan perjalanan hidup Rockefeller.
Memulai dari bawah. Menjadi pedagang, memulai bisnis, dan suka duka yang
dialaminya. Ia adalah orang terkaya sejagad raya. Raja minyak yang saking
gedenya, perusahaan itu (Standard Oil) harus dipecah-pecah. Jika harta
Rockefeller di present value menjadi nilai sekarang, maka Bill Gates dan
Warren Buffet bisa disebut orang miskin.
Buku kecil pemberian takmir tadi memberikanku dua hal:
cita-cita baru dan kecintaanku pada buku.
Karena sejak kecil saya bercita-cita menjadi arkeolog.
Gara-gara doyan nonton Indiana Jones dan Tin-tin. Hidup sepertinya menyenangkan
jika dipenuhi petualangan. Tapi buku tipis tadi menghapus kenangan indah
bersama fosil-fosil dan artefak kuno. Sekarang dan selanjutnya, saya ingin jadi
pengusaha!!!.
Saya jadi doyan membaca buku-buku bisnis. Ikut student
company program (hey anak2 Descom, I miss you guys!) dari Junior Achievement
International. Menjadi direktur pemasaran saat berumur 16 tahun. Mencoba
berbisnis dan berjualan apa saja. Saya pernah berjualan buku bekas, bunga,
makanan, kaos, telor bebek, sepeda motor, sampai menjadi pedagang asongan!.
Buku dari takmir itu pula yang membuat saya memilih kuliah di fakultas
ekonomika dan bisnis dan terus berusaha nyambi jadi pengusaha karbitan selama
dikampus. Tapi koq bangkrut melulu ya. Hehehe.
Kupu-kupu Buku
Sejak pertemuan itu saya jadi rajin main ke Masjid
Agung Sidoarjo. Ke lantai dua dan mengobrak-abrik perpustakaan yang ada. Buku
kedua yang ditawarkan oleh sang takmir masjid baik hati adalah 100 Tokoh
yang Mengubah Dunia karya Michael H. Hart. Entah mengapa ia
merekomendasikan buku berat itu. Mungkin karena Muhammad diletakkan di nomer
satu?
Yang jelas, saya jadi lebih sering membaca buku-buku
umum. Tertawa dengan humor sufi, berkenalan dengan tasawuf, menggali sejarah
peradaban Islam. Selamat tinggal Martin Kanginan dan pelajaran fisika yang membosankan.
Hahaha. Mungkin penyebab minat baca kalangan pelajar rendah adalah, karena
mereka dipaksa membaca topic yang mereka tidak suka. Membaca tanpa kebebasan
dan keingintahuan yang penuh rasa penasaran. Hanya demi nilai dan persiapan
ujian.
Saya? Masa bodoh dengan buku-buku pelajaran. Nilai
ujian saya selalu pas-pasan (termasuk pas kuliah :D). Tapi saya menikmati
proses pembelajaran kehidupan. Saya membaca apa yang ingin saya baca. Saya akan
mencari tahu apa yang ingin saya tahu. Disaat teman-teman saya bergelut dengan
rumitnya matematika, bahasa latin biologi, hafalan ekonomi, atau njelimetnya
geografi, saya malah asik bertamasya ke alam pemikiran antah berantah.
Terbang bersama buku-buku yang berubah menjadi
kupu-kupu. Mendatangi taman pencarian. Mencari bunga kebijaksanaan, menghisap
nectar pengetahuan, memuaskan dahaga keingintahuan. Petualangan yang selalu
berujung pada rasa kecilnya nilai kemanusiaan dan tak terhingganya keagungan
Tuhan.
James Bond
Kawan, saya percaya masih banyak orang baik di akhir
zaman seperti saat ini. Masih banyak orang yang berdoa dengan khusyu’, menyebut
nama Tuhannya dengan lembut, dan membantu saudaranya dengan tulus. Saya percaya
ada banyak orang yang namanya tak pernah disebut-sebut manusia, tapi digaungkan
oleh malaikat di langit. Karena orang-orang ikhlas macam mereka, Kawan,
melakukan kebaikan tanpa mengharapkan pencatatan.
Takmir masjid itu, Kawan. Sudah 9 tahun saya ingin
bertemu dengannya. Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih atas buku-buku
pinjamannya. Takmir masjid yang sudah mengembalikan masjid sebagai pusat
kebijaksanaan. Bukan hanya tempat peribadatan. Apalagi arena peristirahatan.
Karena dizaman keemasan dahulu, Kawan, masjid juga menjadi pusat pengetahuan.
Tempat orang-orang berkumpul dan berbagi ilmu guna membangun peradaban.
Saya tak pernah bertanya siapa namanya. Dan keadaan
memaksa saya tidak bisa terus dekat dengannya. Saat kelas 3 menjelang UNAS,
kesibukan les ini itu juga menyita waktuku. Bayangkan saja, kudu berangkat dari
rumah jam 6 pagi, disekolah hingga jam 1, bimbingan belajar hingga jam 3, lalu
les lagi di LBB hingga jam 6 sore!. Ngalahin orang kantoran yah. Hehehe.
Meskipun saya sering berdoa agar bisa mati muda, jika
Tuhan memberikan umur panjang, saya ingin menjadi JAMES BOND ketika pensiun
nanti. Karena saya memimpikan masyarakat yang mencintai pengetahuan dan
berusaha mengejar ketertinggalan peradaban. Berhenti menyalahkan pihak luar dan
tidak hidup dalam dongeng kejayaan masa lalu.
Saya hanya ingin “membalas” kebaikan takmir tanpa nama
yang memberiku buku dan mengubah pandangan hidupku. Karena seperti diawal,
Kawan, kau takkan pernah tahu manfaat dari kebaikan yang telah kau lakukan.
Sekecil-kecilnya kebaikan yang mampu engkau lakukan.
Ngomong-ngomong, apa itu JAMES BOND??? James Bond adalah
profesi impian saya saat tua:
JAga MESjid and keBOND!!!. (http://lifestyle.kompasiana.com)
Komentar
Posting Komentar