MEMAKMURKAN MASJID


PENDAHULUAN
*Imam Imanuddin

Setiap perkampungan yang dihuni mayoritas umat Islam, pasti ditemukan bangunan masjid, bahkan dalam tradisi Minangakabau, masjid meru­pakan salah satu syarat berdi­rinya suatu negara. Beragam bentuk masjid yang dibangun. Mulai dari bangunan yang sederhana, hingga kepada arsitektur yang bernilai tinggi. Megah, indah dan mewah.
Maraknya pembangunan masjid di antara rumah-rumah penduduk menjadi kebanggan tersendiri bagi umat Islam. Selain sebagai tempat beribadah, masjid juga merupakan padepokan dakwah dalam mengembangkan ajaran Islam. Sayangnya, masih banyak terdapat bangunan masjid yang tidak terawat, kotor dan kumuh, serta sepi dari kegiatan-kegiatan Islami. Tidak jarang masjid yang hanya dimanfaatkan pada waktu shalat atau bahkan waktu-waktu tertentu yang dianggap sakral saja. Jika demikian, maka masjid-masjid tersebut masih jauh dari kategori sebagai masjid yang makmur.
Namun yang lebih diuta­makan, kemegahan fisiknya atau membangun jamaahnya. Seban­dingkah kemegahan masjid dengan aktivitas jamaah di dalamnya dalam rangka menun­dukkan diri kepada Allah? Kemegahan bangunan masjid memang diperlukan untuk syiar Islam. Namun Alquran mene­gaskan agar masjid dimak­murkan, bukan justru sibuk membangun fisiknya tetapi meninggalkan jiwanya tanpa jamaah. 


PEMBAHASAN

A.    Masjid dalam Sirah Nabawiyah
Masjid adalah institusi pertama yang di bangun Rasulullah saw. pada periode Madinah. Pendiri masjid pertama, bertarkih 12 Rabiul awwal tahun pertama Hijriah, yakni Masjid Quba yang terletak di kota Madinah. Suatu masjid yang di puji oleh Allah SWT  karna diniatkan sejak awal pendirinya untuk membina jamaah muttaqin danmutathahirin,
Dibangunnya masjid sebagai institiusi pertama, yang kemudian di lanjutkan dengan membangun masjid Nabawi, tentunya mempunyai nilai yang sanag strategis dan menentukan, dalam rangka menumbuhkembangkan masyarakat muslim yang mempunyai sifat yang tertera dalam Al-Quran surat
 al fath :29
Ó£JptC ãAqߧ «!$# 4 tûïÏ%©!$#ur ÿ¼çmyètB âä!#£Ï©r& n?tã Í$¤ÿä3ø9$# âä!$uHxqâ öNæhuZ÷t/ ( öNßg1ts? $Yè©.â #Y£ÚßtbqäótGö6tƒ WxôÒsù z`ÏiB «!$# $ZRºuqôÊÍur ( öNèd$yJÅ Îû OÎgÏdqã_ãrô`ÏiB ÌrOr& ÏŠqàf¡9$# 4 y7Ï9ºsŒ öNßgè=sVtB Îû Ïp1uöq­G9$# 4 ö/àSè=sVtBur Îû È@ŠÅgUM}$# ?íötx. ylt÷zr& ¼çmt«ôÜx© ¼çnuy$t«sùxán=øótGó$$sù 3uqtFó$$sù 4n?tã ¾ÏmÏ%qß Ü=Éf÷èムtí#§9$#xáŠÉóuÏ9 ãNÍkÍ5 u$¤ÿä3ø9$# 3 ytãur ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä(#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Nåk÷]ÏB ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $JJÏàtã ÇËÒÈ
29.  Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”

Di masjid itulah Nabi saw. dan  para sahabatnya melaksanakan kegiatan shalat berjamaah, melaksanakan silaturahmi-komunikasi-interaksi-melakukan proses belajar dan mengajar, mengurus baitul mal, memerima tamu, menyelsaikan perselisihan, menyusun hal yang berkaitan tentang peperangan, dan kegiatan sosial masyarakat lainnya.[1]

B.     Upaya Memakmurkan Masjid
C.     Dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 18 Allah beerfirman :
D.    $yJ¯RÎ) ãßJ÷ètƒ yÉf»|¡tB «!$# ô`tB šÆtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$#tP$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4qŸ2¨9$# óOs9ur |·øƒs žwÎ) ©!$# ( #|¤yèsùy7Í´¯»s9'ré& br& (#qçRqä3tƒ z`ÏB šúïÏtFôgßJø9$# ÇÊÑÈ
“18.Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Menurut Drs. Moh. E. Ayub, dkk. di dalam buku “Manajemen Masjid”, menyatakan bahwa masjid yang makmur adalah masjid yang berhasil tumbuh menjadi sentral dinamika umat. Artinya, masjid benar-benar dapat berfungsi sebagai tempat beribadah umat Islam setiap saat dan menjadi pusat berkembangnya kebudayaan Islam. Masjid yang makmur tidak hanya sebatas pada pesona fisik bangunannya yang megah dan kokoh, tetapi harus diimbangi dengan kebersihan masjid, perawatan piranti masjid, adanya manajemen kepengurusan masjid dan program kegiatan yang berkesinambungan, serta antusiasme jamaah untuk menyelenggarakan kegiatan peribadatan maupun kegiatan keislaman lainnya
1.      Berjalan Menuju Masjid
Masjid adalah rumah Allah, dan Allah selalu menghormati para pengunjung rumah-Nya. Setiap muslim yang bejalan menuju masjid untuk menunaikan shalat akan mendapatkan penghormatan dari Allah dan hidayah, kedamaian dan rahmat Allah yang di limpahkan kepadanya. Maka apakah pantas bagi seorang muslim yang mendengar seruan muadzin yang memanggilnya untuk berdiri di hadapan Allah, lalu dia berpaling dan tidak memenuhi panggilan tersebut karna alasan yang naif dan alasan yang sepele dari masalah-masalah keduniaan ?
Rasulullah saw. pemimpin kita telah menganjurkan dan menyeru kita untuk membangun masjid dan berjalan menuju masjid untuk menunaikan shalat. Beliau bersabda
“Barang siapa membangun masjid karna mencintai ridha Allah meskipun menya seperti sarang burung, maka Allah akan membangun istana untuknya di surga”
( H.R Ibnu Majah dari Hadits Jabir dengan sanad yang shahih)
Sedangkan mengenai anjuran untuk menunikan shalat di masjid scara bejamaah, ada beberapa hadits yang menganjurkan kita untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid :
“Barang siapa mandi di rumahnya lalu ia berangkat ke salah satu rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban Allah, maka setiap satu langkahnya akan menghapus dosanya dan langkah yang lain akan meninggikan derajatnya.” (H.R Muslim)

Abu musa ra menuturkan, “ Rasulullah saw. bersabda,
“Seseunguhnya orang yang paling besar pahalanya dalam shalat adalah orang yang paling jauh jalannya menuju masjid. Dan orang yang menunggu shalat berjamaah bersama imam lebih besar pahalanya dari orang yang melakukan shalat sendirian kemudian tidur.” ( Muttafaq ‘alaih)

Dan diantara tujuh orang yang mendapatkan naungan dari Allah pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan Allah, adalah orang yang terpaut hatinya dengan masjid. Seorang yang menunaikan shalat hendaknya memakai pakaian yang bagus, bersih dan suci dan memakai minyak wangi ketika hendak pergi kesalah satu rumah Allah, dimana Allah berfirman,
* ûÓÍ_t6»tƒ tPyŠ#uä (#räè{ ö/ä3tGt^ƒÎ yZÏã Èe@ä. 7Éfó¡tB(#qè=à2ur (#qç/uŽõ°$#ur Ÿwur (#þqèùÎŽô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =ÏtätûüÏùÎŽô£ßJø9$# ÇÌÊÈ

“31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Betapa indahnya do’a yang di panjatkan oleh seorang muslim ketika sedang berjalan menuju masjid dimana telah menjadikan mereka seakan sedang berjalan di tangah lingkaran cahaya Ilahi yang tidak tertandingi oleh sesuatu pun di dunia ini.
Namun yang penuh dengan cahaya Rabbani seperti ini harus diraih oleh seorang muslim agar ia mempersiapkan diri berdiri di hadapan Allah untuk menggayuh lebih banyak lagi cahaya hidayah dan keimanan.[2]
2.      Membangun Masjid dan Menciptakan Suasana Kondusif untuk Beribadah
Tidak diragukan lagi bahwa membangun masjid di bumi ini merupakan salah satu bentuk taqarrub kepada Allah yang paling agung, selama hal itu dilakukan dengan kebersihan niat dari segala hal yang akan menggugurkan pahala seperti ria’, ambisi popularitas, keinginan untuk di puji, di sanjung orang lain atau hal lain nya.
Sepatutnya ketika membangun masjid, kita harus berpijak pada perinsif kesederhanaan dan jauh dari pemborosan dalam memenuhi semua keperluan pembangunan, serta menghindarkan diri dari segala bentk ukiran dan hiasan serta aksesesoris lain nya yang bisa mengganggu orang-orang yang solat. Dimana masjid Rasulullah saw. dulu hanya terdiri dari batang-batang pohon kurma dan pelepah-pelepahnya, namun semikian keadaannya masjid ini telah menghasilkan pionor2 yang menjadi pilar-pilar tangguh bagi tegaknya daulah Isalm yang pertama.
Kita juga wajib memelihara kebersihan masjid dan kesuciannya dari semua kotoran dan najis karna semua ini tentunya tidak patut bagi rumah Allah 

3.      Masjid Perlu Jamaah Inti
Sebelum Rasulullah saw. mendirikan masjid, sebenarnya jauh sebelumnya sudah di persiapkan jamaah(orang-orang) yang mau mengisinya. Kalau tidak dikemukakan bahwa masjid sebagai tempat ibadah, belajar mengajar, maka sebenarnya pada periode Mekah Nabi saw. telah membina rijal, walaupun itu masih di lakukan secara sirriyah, di rumah sahabat Arqam bin Abil-Aqram r.a. sehingga ketika hijrah, jamaah inti inilah yang menjadi tulang punggung utama kegiatan masjid. Hanya mereka yang memiliki karakteria tertentu yang dapat memakmurkannya. Karakteria tersebut adalah: iman kepada Allah dan hari akhir, mampu mendirikan shalat, mau menunaikan zakat, tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah SWT.
Jamaah inti (pengurus DKM) inilah yang diharapkan bisa mengayomi, memelihara, memeikirkan, dan mengembangkan program-program yang bermanfaat bagi jamaah dan masyarakat lingkungannya. Jamaah inti inilah perekat antara satu jamaah dan jamaah lainnya. Dalam kaitan ini, di zaman Rasulullah saw. masjid berfungsi seperti sebagai berikut :
a.       Pemersatu umat Islam dalam satu ikatan persaudaraan yang lebih erat daripada keturunan dan kesatuan. Hilanglah kesukuan atau qabilah, dan hilang pula persamaan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin, semuanya menyatu dalam ruku dan sujud semata menghadap ridha Allah SWT. Persaudaraan yang sangat erat ini tergambar dalam surat al-Hasyr: 8-9.
Ïä!#ts)àÿù=Ï9 tûï̍Éf»ygßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qã_̍÷zé& `ÏB öNÏd̍»tƒÏŠóOÎgÏ9ºuqøBr&ur tbqäótGö6tƒ WxôÒsù z`ÏiB «!$# $ZRºuqôÊÍurtbrçŽÝÇZtƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 šÍ´¯»s9'ré& ãNèd tbqè%Ï»¢Á9$#ÇÑÈ tûïÏ%©!$#ur râä§qt7s? u#¤$!$# z`»yJƒM}$#ur `ÏB ö/ÅÏ=ö7s%tbq7Ïtä ô`tB ty_$yd öNÍköŽs9Î) Ÿwur tbrßÅgs Îû öNÏdÍrßß¹Zpy_%tn !$£JÏiB (#qè?ré& šcrãÏO÷sãƒur #n?tã öNÍkŦàÿRr& öqs9ur tb%x.öNÍkÍ5 ×p|¹$|Áyz 4 `tBur s-qム£xä© ¾ÏmÅ¡øÿtR šÍ´¯»s9'ré'sù ãNèdšcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÒÈ
“8. (juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah orang-orang yang benar. 9. Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.”

b.      Pemersatu, sekaligus penghubung antara kelompok umat yang memiliki kader lebih (ilmu, harta, dan lain sebagainya) dan mereka yang termasuk dalam kelompok dhuafa (lemah ilmu, harta, dan lain sebagainya).

Ketika jamaah inti sebagai perekat akan menyebabkan jamaah masjid seperti orang yang pergi ke terminal bus (Dinamika Umat Islam Indonesia, Kuntowijoyo).[3]
4.      Fungsional Masjid Secara Optimal
Dilihat dari sisi pertumbuhan, masjid di Indonesia sangat menggembirakan. Dari tahun ke tahun jumlah masjid kian bertambah.Tapi, secara jujur harus kita akui bahwa fungsionalisasinya belum optimal. Karna itu, mengfungsikannya secara maksimal, harus terus menerus dilakukan.
Kondisi masyarakat lingkungan masjid harus mendapatkan perhatian dalam rangka menyusun program kegiatan. Masjid di desa mungkin akan berbeda tekanan dengan yang di kota. Demikian pula masjid di pondok pesantren, masjid di kampus, masjid di lingkungan pemukiman, masjid di lingkungan pabrik ataupun kawasan industri . kegiatan-kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut.
a.       Menyelenggarakan kajian-kajian keislaman yang teratur dan terarah ke arah  pembentu-an pribadi muslim, keluarga muslim, dan masyarakat muslim. Disamping materi Al Qur’an, Hadits, fikih ibadah, akhlak, perlu juga di sampaikan materisirah nabawiyah.
b.      Memaksimalkan pelaksanaan khutbah Jumat, baik yang bersangkutan dengan materinya mampu dengan khatibnya. Khutbah Jumat sesungguhnya merupakan media pembinaan jamaah yang cukup efektif.
c.       Melaksanakan diskusi, seminar, ataupun lokakarya tentang masalah-masalah aktual
d.      Membuat data jamaah, dilihat dari segi usia,tingkat pendidikian, tingkat pendapatan, dan lain-lain.
e.       Mengefektifkan pelaksanaan zakat, infak, dan sedekah , baik dalam cara memungutnya maupun cara membagikannya.
f.       Menyelenggarakan training-training keislaman terutama untuk angkatan muda.
g.      Disamping dakwah bil-lisan, dakwan bil-hal perlu mendapatkan perhatian,seperti memberikan santunan bagi yang membutuhkan (misalnya jamaah yang menderita sakit, kekurangan pangan, ataupun musibah yang lainnya).[4]
5.      Memelihara Masjid dan Lingkungannya
Sebagai tempat ibadah dan pusat peradaban umat Islam, masjid harus tampil bersih, indah, rapi dan menawan. Kewajiban kita sebagai umat Muslim untuk memelihara masjid-masjid Allah dengan sebaik mungkin, agar jamaah yang masuk kedalam masjid tersebut merasa nyaman dan dapat beribadah dengan khusyuk. Berbeda dengan masjid yang kotor dan kumuh, siapapun enggan mendekatinya apalagi melaksanakan ibadah di dalamnya. 
Masjid yang terjaga kebersihan dan keindahannya berpengaruh besar bagi orang yang ada di dalamnya dan bagi orang yang lalu-lalang di depannya. Salah satu contohnya adalah Masjid Cordova di Spanyol, pesona dan keanggunannya telah membangkitkan kekaguman masyarakat internasional akan jejak-jejak kejayaan Islam masa lalu. Demikianlah bukti mulianya akhlak Muslim yang telah dicontohkan Rasulullah dalam menempatkan kebersihan sebagai bagian dari keimanannya.
Ada sebuah kisah hikmah yang patut kita renungkan bersama terkait pentingnya memelihara masjid. Pada zaman Rasulullah, ada seorang perempuan yang senantiasa menyapu masjid, kemudian perempuan itu meninggal. Rasulullah SAW lalu menanyakan tentang perempuan itu. Dijawab oleh para sahabat bahwa perempuan itu telah wafat. Rasulullah pun bersabda, “Mengapa kalian tidak memberitahukannya kepadaku?” Kemudian beliau mendatangi kuburan perempuan tersebut dan menshalatkannya.“ (Riwayat Abu Daud & Ibnu Majah)

E.     Keutmaan Memakmurkan Masjid
Masjid merupakan salah satu sarana yang penting untuk pembinaan umat islam yang sekaligus juga untuk mengagungkan nama Allah swt.
Masalah pembangunan masjid telah mendapat perhatian yang sangat besar oleh Rasulullah saw sendiri, sehingga saat beliau singgah di kota Quba sewaktu dalam perjalanan hijrah dari kota Mekah ke Madinah, dengan dibantu oleh sahabat-sahabatnya, beliau mendirikan sebuah masjid yang dinamai Masjid Quba.
Juga ketika Rasulullah saw sampai di kota Madinah, beliau mendirikan Masjid Nabawi. Sebagai orang islam, seharusnya kita memiliki perhatian dan cinta yang besar kepada masjid sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw diatas.
Kecintaan yang besar kepada masjid ini akan membuat kita memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap usaha untuk memakmurkan masjid. Rasa cinta kepada masjid ini bisa kita wujutkan sebagaimana kalau kita cinta kepada kekasih ataupun sesuatu (rumah sendiri misalnya).

KESIMPULAN

Dari uraian di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa, masjid merupakan tempat yang harus kita cintai dengan cara memakmurkan masjid. Oleh karena itu, perhatian kita kepada masjid harus selalu kita tingkatkan dari waktu ke waktu agar masjid kita tetap berfungsi sebagai rumah Allah, selalu ramai didatangi orang untuk beribadat, selalu terpelihara kebersihannya dan selalu terjaga kemulianya
Kini, masjid tidak lagi berperan sedemikian besar, sebab berbagai lembaga di luar masjid telah bermunculan dan tertata sedemikian rupa. Akan tetapi masjid masa kini mesti terbuka untuk dikembangkan baik dalam beribadah kepada Allah secara khusus, termasuk menjadikannya sebagai wadah untuk mengembangkan kehidu­pan umat, seperti pendidikan, kesehatan, pusat dakwah, tempat musyawarah, dan seba­gainya.

DAFTAR PUSTAKA

Hafiduddin.Didin.Dakwahaktual.Jakarta:GemaInsani.1998.
Masyhur.Mushtafa.FiqhDakwah.Jakarta:Al-I’TishomCahayUmat.2000.
Arifin.zaenal.Washaton.com (referensi wawasan islam.


*adalah mahasiswa jurusan dakwah BKI STAIN Purwokerto

Komentar

Eramuslim

Postingan Populer